Senin, 13 Juni 2016

perbedaan shalat teraweh: sholat tarawih

perbedaan shalat teraweh: sholat tarawih: A. Pengertian Shalat Taraweh       Salat Tarawih  (kadang-kadang disebut  Teraweh  atau  Taraweh ) adalah  salat sunnat  yang dilakukan kh...

sholat tarawih

A. Pengertian Shalat Taraweh
     Salat Tarawih (kadang-kadang disebut Teraweh atau Taraweh) adalah salat sunnat yang dilakukan khusus hanya pada bulan ramadan. Tarawih dalam bahasa Arab adalah bentuk jama’ dari تَرْوِيْحَةٌ yang diartikan sebagai "waktu sesaat untuk istirahat". Waktu pelaksanaan salat sunnat ini adalah selepas isya', biasanya dilakukan secara berjamaah di masjid. Fakta menarik tentang salat ini ialah bahwa rasulullah S.A.W hanya pernah melakukannya secara berjama'ah dalam 3 kali kesempatan. Disebutkan bahwa rasulullah S.A.W kemudian tidak melanjutkan pada malam-malam berikutnya karena takut hal itu akan menjadi diwajibkan kepada ummat muslim (lihat sub seksi hadits tentang Tarawih).
      Kata "Tarawih" merupakan bentuk jamak (plural) dari Tarwihah, artinya istirahat untuk meghilangkan kepenatan, berasal dari kata Ar-rahah (rehat) yang berarti  hilangnya kesulitan dan keletihan.

B. Sejarah Shalat Tarawih
     Pada suatu malam bulan Ramadhan,  Rasulullah Saw keluar menuju mesjid untuk melaksanakan shalat malam. Lalu datanglah beberapa sahabat dan bermakmum di belakang Beliau. Ketika subuh tiba, orang-orang berbincang-bincang mengenai hal tersebut. Pada malam selanjutnya, jumlah jamaah semakin bertambah dari hari sebelumnya. Demikian seterusnya hingga malam ketiga berturut-turut.
      Pada Malam keempat, mesjid menjadi sesak dan tak dapat menampung seluruh jamaah. Namun Rasulullah Saw tak kunjung keluar dari kamarnya. Hingga fajar menyingsing baru Rasulullah keluar dari kamarnya untuk menunaikan shalat subuh. Selepas itu, Beliau berkhutbah " Saya telah mengetahui kejadian semalam, akan tetapi saya khawatir shalat itu akan diwajibkan atas kalian sehingga kalian tidak mampu melakukannya.
      Setelah itu, shalat malam di Bulan Ramadhan dilaksanakan sendiri-sendiri. Kondisi seperti berlanjut hingga Rasulullah Saw wafat. Demikian juga pada masa ke khalifahan Abu Bakar dan awal ke khalifahan Umar bin khattab. Baru kemudian pada tahun ke 4 Hijriah, Khalifah Umar Berinisiatif untuk menjadikan shalat tersebut berjamaah dengan satu Imam di Masjid. Kemudian Umar menunjuk Ubay bin Ka'ab dan Tamim Ad-dariy sebagai Imamnya. Khalifah Umar berkata " Sebaik-baik bid'ah adalah ini" maksudnya adalah shalat yang dilakukan secara berjamaah ini.
      Imam Abu Yusuf pernah bertanya kepada Imam Abu Hanifah tentang shalat tarawih dan tentang apa yang telah di perbuat oleh Umar Bin Khattab, Imam Abu Hanifah Menjawab "Tarawih itu sunnah muakkadah (ditekankan). Umar tidak pernah membuat perkara-perkara baru dari dirinya sendiri dan beliau bukan seorang pembuat bid'ah." Beliau tak pernah memerintahkan sesuatu kecuali berdasarkan dalil dari dirinya dan sesuai dengan masa Rasulullah Saw. Umar telah menghidupkan sunnah ini dan Beliau mengumpulkan orang-orang kepada Ubay bin Ka'ab lalu menunaikan shalat itu secara berjamaah, sementara jumlah sahabat sangat melimpah baik dari kalangan Muhajirin maupun Kalangan Anshor. Dan mereka tidak pernah membantah hal yang dilakukan itu. Bahkan mereka semua sepakat untuk melakukan hal itu yaitu shalat tarawih secara berjamaah.
    Sungguh mulia para Imam dan Ulama kita terdahulu. Mereka tidak saling menyalahkan dan membid'ahkan apa yang diperbuat Sahabat pada masa itu. Tetapi anehnya pada zaman sekarang ini, orang-orang dengan ilmu yang masih tanggung berani membid'ahkan orang-orang yang berbeda pendapat dengan hal tersebut. Siapa berani menganggap dirinya lebih hebat dan lebih berilmu dari pada Umar bin Khattab? dan siapa berani menganggap pendapat mereka salah??...lebih banyaklah belajar karena masih banyak kitab-kitab yang bisa dijadikan rujukan, bukan hanya menentang berdasarkan logika. 

C. Rakaat Shalat Tarawih
     Dizaman Rasulullah pada umumnya shalat terawih dilaksanakan 8 rakaat. Hal ini dilakuakn agar tidak menimbulkan keberatan bagi yang melaksanakannya. Selain itu Rasulullah tidak memberatkan sholat ini dilakuakn di mesjid, karena tidak mahu sabahat beranggapan hal yang dilakukan ini menjadikan suatu keharusan (kewajiban). 
      Sedangkan pada zaman khalifah Umar bin Khattab, Beliau menambah lagi menjadi 20 rakaat karena beliau berpendapat bahwa orang-orang islam tidak berat melakukannya pada zaman nya itu. Sholat tarawih ini dilakukan 20 rakaat dan ditambanh witir 3 rakaat.
        Imam Hanafi berkata dalam kitabnya "Fathul Qadir" bahwa shalat terawih itu 20 rakaat. Dan setiap selesai melakukan 4 rakaat 2 salam, boleh istirahat.
        Imam Malik dalam kitabnya "Al-Muwattha'" mengatakan bahwa shalat terawih itu adalah 36 atau 46 rakaat. Akan tetapi pendapat jumlah ini Beliau khususkan untuk penduduk madinah. Tetapi di luar kota Madinah, Beliau mengikuti pendapat yang 20 rakaat.
        Imam Syafi'i dalam kitabnya "Al-Umm" mengatakan bahwa sholat terawih itu 20 rakaat.
     Imam Ahmad ibn Hanbal mengatakan dalam kitabnya "Al-Mughni" bahwa shalat tarawih itu rakaatnya adalah 20 rakaat. Para Imam Mazhab tersebut kebanyakn mengambil rujukan dari apa yang dilakukan Khalifah Umar bin Khattab. Mereka juga tidak saling membid'ahkan pendapat diantara mereka. Dan Perlu diketahui sebagai tambahan ilmu kepada kita, bahwa tidak ada satu riwayatpun ditemukan bahwa Imam Malik membid'ahkan imam syafi'i gara-gara Qunut subuh, begitu juga sebaliknya. Dan pendapat yang masyhur sholat terawih dilakukan 2 rakaat 1 salam. Dan untuk solat witir boleh dilakukan 3 rakaat satu salam atau 3 rakaat 2 salam. 

D. Kesimpulan
     Shalat tarawih sebaiknya dilakukan sesuai dengan tarawih yang dilakukan oleh Imam. Kalau Imam Solat 8 rakaat tarawih dan 3 rakaat witir, maka makmum megikuti itu. Dan Apabila Imam Melakukan 20 rakaat tarawih dan 3 witir, sebaiknya makmum mengikuti itu juga.